CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 12 Juli 2021

365-4 / Terjawab

Minggu, 12 Juli 2020.

Aku masih penasaran, sebetulnya dengan siapa dan untuk apa kamu mengunjungi Surakarta?

Dari rumah, aku berjanji, apapun yang kulihat nanti, adalah jawaban dari semua pertanyaan yang berjejal di kepala.

Sore hari, selepas ashar, aku menuju kawasan belakang Monjali.

Pintu paling utara terbuka lebar, sepatumu berada di depan kamar.

Kamu. Sudah. Pulang.

Dan aku tidak menerima kabar apapun selepas kepulanganmu.

Aku membelokkan kendaraan ke restoran cepat saji di kawasan Jembatan Jombor dan memberanikan diri untuk menghubungimu.

"Kamu udah di Yk?"

"Besok pagi baru balik pan. Ga kebagian tiket tadi huhu."

"Emang naik prameks?"

"Iya, soalnya mau nyoba aja lama nggak naik prameks."

"Oke, kabarin ya kalau udah di Yk lagi. Kemarin jadinya berangkat sama sendiri atau sama saudaramu?

"Oke, sama saudaraku, ke kos temenku."

Percakapan selesai.

Perihal berdusta, kamu juaranya.

Akan tetapi, kamu lupa, 

bahwa di celah-celah dustamu, aku selalu tau.

Selepas maghrib, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa apa yang kamu ketahui dan kamu lihat setelah ini, hidup akan terus berjalan seperti biasa. Sedihlah sewajarnya. Menangis secukupnya.

Aku memutuskan untuk masuk ke kost saudaramu, ada dia di lorong

"Mbak pie kabare?" sumringah

"Apik. Koe sehat?"

"Alhamdulillah mbak, mlebu wae kae bos e neng njero lagi adus."

"Aku gur meh njikuk tupperware kok, mengko langsung mulih."

Aku yakin, kamu tidak berangkat dengan saudaramu ke Surakarta.

Adikmu bahkan membukakan pintu kamarnya agar aku bisa masuk, dan bertepatan kamu keluar dari kamar mandi.

"Weh." kau terkejut, dan aku hanya bisa menatap nanar lalu pergi.

"Kok langsungan mbak?"

"Iya, aku meh blonjo bariki. Koe mulih seko Cilacap kapan? Wis sempet lungo durung selama neng Jogja?"

"Wah lagi kamis wingi mbak, aku neng kost terus ora lungo blas."

"Okay, aku mulih sek. Nuwun yo."

Aku bergegas pulang, membelah ringroad lagi dan lagi tanpa tau perasaan apa yang sedang menghampiri.

Kembali pikiranku dijejali pertanyaan.

Dengan siapa?

Dan sama seperti masalah di tahun-tahun sebelumnya, kamu selalu lepas tangan dan tidak pernah ada penjelasan yang kuterima.

Tidak ada pesan masuk sama sekali darimu. Ya, kamu selalu dan selamanya akan begitu. Kesalahanku dari awal, menafsirkan pertanda adalah ujian yang dapat kulalui.

Ribuan hari dan ratusan kali semua masalah yang datang tak pernah diselesaikan dengan baik.

Ribuan hari dan ratusan masalah, terpaksa dianggap selesai dengan baik.

Aku berterima kasih bahwa Tuhan menjawab doaku selama ini. Pintaku, jika memang jalanku denganmu, tunjukkan, dan memang bila tidak denganmu, tunjukkan.

Dan Tuhan memberi jawaban bahwa jalanku tidak dan tidak akan bersamamu.

Kudapati 2 fotomu dan Betari Durga dengan latar belakang dan suasana yang sama.

Sedikit percaya dan tidak percaya, namun hal itu nyata.

Kamu dan dia, bersama. Kamu yang belum ada 7 hari berujar bahwa tidak ada hal apapun di antara kalian berdua, nyatanya kalian bersama.

Satu hal yang kala itu mengusik pikiranku, kenapa di Candi Sukuh?

Kenapa kalian di Candi Sukuh?

Aku tau, kamu sedikit menaruh sentimen dengan situs itu. Aku tau kamu membahasnya berulang kali ketika aku, mantan kekasihku, dan temanku mengunjungi situs itu selepas kita selesai karena ulahmu yang memasukkan wanita lain lagi ke dalam rumah yang kita bangun selama ribuan hari.

Adalah bukan suatu kebetulan kamu di sana dengan Betari Durga.

Aku segera membuka lemari pakaianku, ku kumpulkan semua benda yang kau beri untukku.

Kaus weekend offender Yogyakarta series yang katamu berniat untuk kau beri di ulang tahun ku di tahun 2019 sebagai permintaan maaf bahwa kau telah memasukkan wanita lain ke rumah kita, namun gagal kau beri tepat di hari ulang tahunku di akhir bulan maret karena aku sudah muak denganmu, sementara di awal bulan april, aku memilih pergi dengan temanku dan mantan kekasihku di Candi Sukuh dan Telaga Sarangan. Kaus identitas jurusan kampus mu, pasfoto mu, beberapa foto kita, tiket pesawat pertama kali kamu ke Jakarta untuk wawancara akhir dengan kantormu yang sekarang, surat dan tulisan yang kau tulis untukku, serta Isyarat Cinta yang Keras Kepala dan Cinta Lama karangan Puthut EA yang kau beri di ulang tahunku di tahun 2020.

Kukemasi semuanya, tanpa air mata.

Mungkin kamu berniat membalas sakit hatimu kala itu.

Mungkin juga kamu ingin melepas belenggu yang memasung kita selama ini.

Dan mungkin, beberapa pertanyaan memang tidak memerlukan jawaban.

Aku memang sakit hati, 

Namun, 

Kali ini aku dapat tidur dengan tenang.

Selamat jalan,
Kupergi duluan.

Cinta yang lalu bukan kulupa,
Tapi ku harus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar